Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Dimana Sisi Manusiamu

Gambar
  DIMANA SISI MANUSIAMU? Karya: Alvina Octaviani Dapat satu, ingin dua Dapat dua, ingin tiga Begitu seterusnya, tiada habisnya, sampai tak terhingga Mengejar fana yang tak ada ujungnya Memuaskan dahaga yang tak ada puasnya Diam-diam kutatap mata yang penuh binar itu Menelisik, meneliti, meraba, menebak-nebak, dan bertanya-tanya Ada sesalkah disana? Merasa bersalahkah? Legakah hatinya? Kenyang, sekenyang-kenyangnya Diantara jutaan jiwa yang berkoar-koar, menjerit pilu, rela menahan lapar hingga berhari-hari Kaya, sekaya-kayanya Diantara jutaan jiwa yang menangis tergugu, menjerit dijerat kejamnya kemiskinan Hanya bayimu kah yang butuh susu? Hanya istrimukah yang tidak pantas menangis lantaran tak bisa membeli susu untuk anakmu? Hanya keluargamukah yang layak tersenyum, tertawa riang, tanpa merasakan sendu sembilu? Terkurung dalam sangkar emas Mentereng, bermandikan emas permata Yang kita semua tak tau engkau dapat darimana Hasil curian milik negeri dari hasil yang mana Mencuri,meman...

PADAM

Gambar
  PADAM Karya: Mei Sinta Dwiyanti Luntur berdarah kaki tak napak Sepulang hari napas tersendat Berlari sejalan meraih melarat Tertampar amarah malu derita Makhluk apa aku ini? Sekali jatuh runtuh sejagat Pertama emas junjung anggara Makhluk apa aku ini? Terjang laut raga tak kuat Terlepas penat ingkar penguasa Makhluk apa aku ini? Ponggah dilahap segenap sumbu tersayat Kupanggil dikau abdi manusia

Pedati Tua

Gambar
  PEDATI TUA Karya: Athif Azmi Pedati tua Jalanmu terseok Beban berat dan sarat Meskipun engkau yakin Jalanmu ke depan. Tetapi engkau tanpa tahu tujuan Tiada henti Berjalan dan berjalan Pedati tua Membawa beban sejarah Melangkah tanpa impian Sia-sia Pedati tua Kadang berhenti juga Tetapi karena tersandung Bukan merenung ke arah mana Langkah harus diayun. Pedati tua Menghela napas Tanpa kompas Di langit mendung Dan mendung Menggantung di angkasa Pedati tua Beban itu Bergumpal Menggunung Roda-roda berderak Naik turun Dan engkau merangkak Tanpa jejak Dari tahun ke tahun

PRAKTIK

Gambar
  PRAKTIK Karya: Dhita Nurul Fitri “Kenapa kamu melakukan hal seperti itu?” “Perbuatan saya salah Pak?” “Iya, sangat salah.” “Hah, kenapa semua yang saya lakukan selalu salah, saya sudah berusaha sebaik mungkin untuk melakukan yang terbaik di hidup saya Pak.” “Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Kenapa kamu melakukan hal seperti itu?” “Saya, hanya memperlakukan dia sebagai mana mestinya.” “Sebagaimana mestinya itu dengan cara mengeringkan, mendandani, dan menyimpannya di kamarmu?” “Iya, bukannya jauh lebih baik daripada tempat dia semula ya Pak. Setidaknya dia tidak akan kedinginan karena kamar saya hangat. Dia juga jauh lebih cantik setelah saya pakaikan baju yang bagus.” “Tapi kamu melakukan itu kepada mayat yang kau gali dari kuburan.” “Tapi dia masih manusia Pak. Saya hanya mempraktikkan apa yang orang bilang yaitu memanusiakan manusia.”

Manusia dan Musimnya

Gambar
  MANUSIA DAN MUSIMNYA Karya: Nurul Lina Firdaus Pada musim lalu yang selalu hangat Kelopak mata menatap lembut dari kita yang tak kan beralur Tikungan jalan tertulis jelas kata usai Dan aku berhenti lalu mengingat, Penantian ini seakan meradang menahan rindu Namun di musim ini segala sumpah serapahmu Hanya sebuah angin tanpa embun Kupeluk guguran rindu yang terus menghujamku Duduk dikursi kanan jalan Bersama temaran lampu kuning kota Senyum malu-malu sambil mengingat Pada harapan lalu yang terus menyandingku Hidupmu tak sia-sia dan kenangan itu masih sama Aku hanya menyesal pada masa yang cepat berlalu Tak harus ku jelaskan pada kumbang di sebelahku Yang dulunya dekat sekarang bisa seasing ini Berharap dimensi baru ternyata hanya imajinasi Gugur sudah musim lalu bersama sifat dalam dirimu

DERA BUANA

Gambar
DERA BUANA Karya: Feliana Putri Gamang menerpa dunia sang puan Aditya menyingsing dan tenggelam Akan selalu ketara laksana itu Sarayu terasa selaksa Dan nabastala seakan ikut nestapa Melihat sang puan menghela nafas Menahan anca buana Menyayat kalbu Waktu berjalan beriringan Tak bisa terhenti bahkan dihentikan Lagi dan lagi…… Satu per satu….. Saban waktu….. Semua yang ada di buana ini Dan rasa yang harsa itu gata Buana teramat ancai nan kejam Apatis pada sang puan Gelabah tak letihnya berkunjung Sembari menanti rahsa buana