Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Terjerat

  Terjerat Nurfilla Oktaviyanti Menyedihkan..  gadis diam menatap keadaan terlilit oleh ranting kuat memohon kenikmatan yang tak teradilkan mengais segala hal yang tak bisa digapai Menyedihkan..  gadis yang tak lagi memiliki gairah gairah untuk tersenyum gairah untuk tertawa atau sekedar gairah untuk hidup  Menyedihkan..  Lilitan alat tukar yang kian menjajah Lilitan menguat tatkala tanggal berpijak Kenikmatan sementara menjadi alat puas  Pada akhirnya mencekik hidup seorang gadis itu

Wangsa

Wangsa Triandika Kirani Rintik riuh memurka. Mungkin, berkabung akan asing yang saling merekat. Atau, mencoba hapus jejak muda dalam temunya loka. Iri? Sepertinya cemburu menyertai. Cengkerama menyapa antara keasingan yang kini kian sirna, rupanya melebur. Celoteh tawa mengurai suka insan, rupanya menikam. Dan gending jiwa tengah mengalun, rupanya meraung. Menimbulkan dengki yang mendenging.  Redalah. Hentikan tangis jemu. Para muda hanya menyalakan berani yang lama menyimpan perih. Dengan harap meluluhlantakan segan tertawan. Menyatu. Mencipta wangsa tanpa penghabisan. Kami Bersua dalam ruang Bertarung pada lapang Merakit satu keyakinan di malam keakraban

Isak Nestapa

 Isak Nestapa Nurfilla Oktaviyanti Sahut-sahut gema masjid mulai terdengar Hilalpun mulai terpencar Tak terasa bulan berkah akan datang Ini sudah bulan keenam atau tahun keenam ya?  Sepertinya aku merindukan sesuatu hal Masakan khas yang sangat nikmat Aku teringat pancar mata yang menghias Senyum merona menyambut bulan berkah Terhitung lentera gelap dan terang menghampiri Terisak namun tak ingin berteriak Ku mulai menyambut bulan berkah lagi tanpa hadirnya Tanah rantau adalah saksinya Ini kali kedua perantauan merangkul Hebat, aku bertahan  Bulan berkah meski tanpa hadirnya Setiap sujud aku merindukannya Setiap ku panjatkan doa, ku berikan untuknya sunyi, dingin, dan pelik terpahat dalam sujudku Aku menyambut bulan ini dengan langkah tertatih tanpa hadirnya Nestapa ini menyeruak ke seluruh dentingan jam  Aku hanya bisa tersenyum menyambut bulan berkah Meski nyatanya aku ingin menangis karena rindu peluknya Nestapa ini sangat menyesakkan Bersama ramadan, diri ini penu...

Sulam Penantian Rindu

Sulam Penantian Rindu Triandika Kirani Rajutan kasih memeluk kembali rangkaian hati Tengah pintalan doa penantian murni Merayu lekas hari berganti  Dengan sambutan riang kumandang tahlil tak sunyi Rajutan kasih membelit benang-benang syahdu Merupa bunga seputih rindu yang tumbuh merandu  Mengakar dalam jiwa-jiwa pada waktu  Masa mendayu yang silih berlalu Membuka harap restu dalam suci  ikatan erat yang mungkinkah lagi menyatu  Kala jarum-jarum sulam patah berganti  Bahkan tali mati senang membuka diri Bulan penuh ampunan Sutra membentang dalam sulaman Sulaman penantian sujud syukur  Akan kembalinya pelukan