Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Cerpen - Jual DIri

  EKA DEWI LESTARI UNIVERSITAS JEMBER JUAL DIRI Aku melangkahkan kaki menuju tempat yang dahulu tak pernah kudatangi sama sekali. Tempat yang sangat asing bagiku, tempat yang sangat suci yang mungkin tak pantas ada aku di dalamnya. Tubuhku yang sangat kotor ini, apakah masih bisa diakui sebagai hamba-Nya. Tuhanku yang masih memberikan kehidupan sampai sekarang. Orang-orang melihatku dengan tatapan yang aneh. Apakah ada yang salah di pakaianku atau rambutku yang kucat pirang dan kubiarkan tergerai ini? Aku terhenti ketika ada seorang anak perempuan yang memanggilku dengan sebutan Ibu. “Ibu!!!” teriaknya.  Aku menoleh kearahnya. Ia adalah anakku semata wayang yang menjadi alasanku untuk memberanikan diri menuju tempat suci ini. Dia datang, memelukku dengan erat seperti tak ingin berpisah denganku lagi. Aku menangis tersedu-sedu. “Nak maafkan ibumu yang kotor ini.” sahutku. Tangisanku terdengar oleh seorang wanita paruh baya yang sengaja mendatangi kami dan menanyai kami. “ Assal...

Cerpen - Ditikungan Jalan

Di Tikungan Jalan ( Oleh: Milatul Maftah) “Terima kasih, Mas.”  Ucap Bapak kepada Om sardi yang baru saja selesai memakai jasaku. Ia mengantarku kepada bapak yang sudah menunggu entah sejak kapan di tempat biasa, tikungan jalan di ujung kampungku, tempat yang memang telah kita janjikan. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang bergambar Bung Karno dan Bung Hatta itu ke tangan bapak, aku segera naik ke sepeda. Bapak mengayuhnya sejurus kemudian. “Pak, aku capek, deh.” aku berkata lirih pada bapak. “Iya, sebentar lagi kita mampir ke rumah mbah Empluk. Bukankah memang sudah waktunya kamu diurut? Agar tidak kaku otot-ototmu.” sahut Bapak sembari terus menggenjot sepeda. “Maksudku, aku pingin berhenti kerja. Aku pingin nikah saja.” Bapak melambatkan laju sepedanya.. “Aku melacur sejak umur 14 tahun, Pak. Sekarang aku 21, sampai kapan Bapak akan terus makan dari uang hasil rintihanku dengan om-om yang bahkan seumuran Bapak?” Bapak tak merespon pertanyaanku. Aku menatap lampu-lampu jalan...

Cerpen Motibasi

  MOTIBASI (Oleh: Idzanami19) Pernahkah orang gila berpikir akan menjadi gila? Kurasa jawabannya tidak. Memangnya siapa orang di dunia ini yang ingin menjadi gila? Tidak ada, kan? Setidaknya, itu adalah info terakhir yang kutahu dari video-video di YouTube. Dari sana aku menemukan banyak video motivasi agar kita tetap berada dalam jalur “waras”, meski pada akhirnya tidak semua bisa menjadi waras hanya dengan menonton itu. “Ceritakan masalahmu pada beberapa orang atau cukup satu saja yang paling kamu percayai.” Aku tersenyum. Indah sekali kata-kata motivator YouTube itu. Tapi percuma, rasanya itu tidak akan mempan. Aku bahkan tidak bisa memikirkan satu orangpun untuk kuajak bicara. Teman? Aku punya banyak teman. Sungguh. Aku tidak sepenyendiri itu hingga tidak mempunyai suatu golongan atau komunitas tertentu. Aku punya banyak teman, kok . Iya, kan? “Kamu tidak sendirian.” Senyumku semakin lebar, juga semakin miring. Jika orang dalam YouTube itu tahu kalau saat ini, di detik ini, tid...