Kembali Kepada Ibu
Kembali Kepada Ibu
Untuk Ibuku yang sangat kucintai, udara yang kuhirup untuk tetap bertahan hidup
*
Sungguh lucu ketika mati, usai sampai di sini
Kata mereka abadi,
Bagaimana dengan yang tak dikenali?
Tak sanggup mengintip ke dalam,
senantiasa karam
Sangat kerdil saat mencoba menyelam.
Memaafkan dan pemaafan,
Bagaimana caranya untuk melakukan penebusan?
Tanggungan sampai ujung hayat,
Pertanggungjawaban saat kiamat.
Tersiksa di alam baka,
pendosa yang kekal di neraka.
Itukah ganjaran sepadan yang akan diterima?
Riuh rendah dalam kepala,
Membuat setengah gila,
Tapi ujung-ujungnya bungkam saja.
Pengecut yang takut dihakimi,
Yang takut mengakui,
Mengelak dari diri sendiri.
Jadi, aku kembali, Bu.
Aku memang aibmu,
Paling membebani,
Tapi aku berjanji akan menjadi aib yang paling berbakti.
Amanku
adalah Ibu
adalah Ibu
adalah Ibu
Dekapan, sentuhan, kecupan, bahkan kemarahan.
Aman,
Karena itu terlihat mata dan terasa nyata.
Aman,
Atmaku berkata.
Aman,
Berdesir-desir di telinga bagai mantra penolak bala.
Amanku
adalah Ibu
adalah Ibu
adalah Ibu.
Aman,
tujuan pulang untuk yang ringkih.
Aman,
obat untuk yang pedih.
Aman,
tangan menyambut untuk yang merintih.
Aman,
selimut bagi yang dicekam malam.
Aman,
senyum bagi yang masam.
Aman,
Keikhlasan dari membaranya dendam.
Aman,
keteduhan dari segala rupa benih kebencian.
Aman...
Aman...
Aman...
Basuh,
basuh,
mohon basuhlah aku
mohon basuhlah aku dengan berkatmu.
Aku tidak meminta suci,
hanya hilangkanlah duri,
supaya tak lagi merambati.
Namun, sengaja sisakan yang paling menggerogoti,
biar sakitnya ku resapi.
Tiuplah aku dengan napas
Biar batang hidung yang kebas,
mata yang panas,
dahanam dada yang hendak menerabas
dapat bebas.
Amanku, amanku, amanku.
Amanku, Ibu.
Tolong, dan sembuh.
Sumbersari, Jember, 10 Juni 2022
Nafiatul Ismiah
Komentar
Posting Komentar