Naskah Tari Komantan Korong

 Naskah :

Tari Komatan Korong, Bentuk Kasih dan Rasa dalam Satu Lindungan

Oleh: Nurfilla Oktaviyanti


    Kerinduan akan perhelatan yang dinanti selama 2 tahun, yaitu sebuah lomba tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMNAS XVII). Lomba yang diselenggarakan 2 tahun sekali dan tahun ini 2024 kembali terselenggara tentu dengan semangat yang membara dan menarik perhatian banyak khalayak yang ingin ikut tergabung dalam lomba nasional ini. 

    UKM Kesenian Unej kerap kali mengikuti lomba baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus, salah satunya Bidang Tari. Tepat Sabtu, 6 April 2024 kami mulai berdiskusi untuk menentukan tradisi apa yang akan diangkat dalam bentuk tarian. Kami telah memiliki 5 pilihan tradisi yang tentunya sangat menarik untuk kembali dipentaskan menjadi sebuah tarian. Berdiskusi cukup panjang hingga memutuskan yang telah berdasarkan kesepakatan dan hasil riset dari jurnal dan artikel, sehingga kami mengambil tema tradisi lokal Situbondo, yaitu sebuah persembahan istimewa dari kebudayaan Madura, tarian yang menghidupkan kembali tradisi dan kepercayaan leluhur kita: Komantan Korong.

    Ide awal dari penggarapan karya ini untuk mengangkat historis yang sudah jarang sekali diketahui oleh masyarakat luas. Ritual ini sangat dipercaya sebagai ritual untuk menjaga keeratan dalam rumah tangga. Masyarakat juga menganggap tradisi ini sebagai tradisi turun-temurun, meskipun untuk zaman saat ini sudah mulai ditinggalkan. Keeratan rumah tangga tentunya menjadi latar belakang mengapa adanya tradisi ini, karena dalam menjalin rumah tangga ingin memiliki keteguhan dan keeratan tanpa ada orang ketiga didalamnya. Dalam tradisi ini juga terkandung harapan, doa, dan kebijaksanaan masyarakat meyakini bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan suci yang harus dijaga dan dilindungi. Tradisi komantan korong tentu memiliki makna tersendiri di lingkungan tersebut. “Komantan Korong” berasal dari Bahasa Madura yang artinya Pengantin yang dikurung. Penciptaan karya ini tentu tidak menghilangkan garis besar historis yang ada dalam ritual. Garis besar historis dipertahankan untuk bentuk etika dan bangga terhadap ritual tradisi tersebut yang ternyata banyak pemaknaannya di luar sana, meskipun sudah mulai ditinggal tapi tetap ada yang masih ingat historis yang tercipta dalam ritual.

    Tari Komantan Korong merupakan tarian yang menceritakan prosesi pernikahan khas Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur yang di arak-arak sebagai wujud memberitahukan lingkungan sekitar akan adanya sepasang pengantin yang telah resmi menikah. Tarian ini memiliki suasana yang khidmat nan serius dalam prosesi awal karena menggambarkan prosesi pembukaan tenda yang dibacakan dengan Tembang Macapat yang umum dilakukan dalam sebuah pernikahan dan kemenyan yang diletakkan pada kedua tiang tenda. Tarian ini dimulai dengan pembukaan tenda tersebut untuk menandakan prosesi awal akan dimulai, kemudian temu pengantin di iringi Sambit Nyaut (berpantun saling bersahutan) dari kedua keluarga mempelai dan diiringi pula dengan pencak silat, setelah acara tersebut dilanjut dengan tari muang sangkal sebagai simbolis tari tolak bala, lalu acara puncak pada kedua pengantin yang dimasukkan ke dalam sebuah kurungan besar dan diarak mengelilingi kampung sekitar. Acara puncak arak-arak tentu sangat ingin melambangkan sebuah kemeriahan dengan unsur agar kedua pengantin tidak terjadi sebuah perselingkuhan dalam perjalanan pernikahan dan agar lingkungan tahu bahwa kedua pengantin telah sah menikah.

    Sebuah karya tentunya tidak lepas dari yang namanya proses penciptaan karya. Dalam proses penciptaan karya ini, kami terlebih dahulu melakukan riset di internet dan melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh di Situbondo secara bertahap. Hasil dari riset dan wawancara menjadi bahan dasar penciptaan yang sesuai dengan kerangka bentuk bangun karya yang ingin diwujudkan. Dalam penciptaan karya ini tentu ada tahap penyesuaian antara ide gagasan, hasil riset, dan wawancara yang harus di kolaborasi dengan tim koreografi dan tim musik. Tim koreografi yang harus menciptakan gerak sesuai dengan hasil tersebut dan tim musik yang harus merealisasikan sehingga menjadi satu kesatuan karya yang utuh. Tak hanya 2 tim tersebut, ada pula tim artistik, tim wardrobe, tim naskah, dan tim produksi lainnya yang ikut berproses dalam penciptaan tarian ini.

    Terdapat beberapa elemen yang ada dalam Komantan Korong : (1) Selendang warna merah yang dipakai untuk mencerminkan kesakralan dalam sebuah pernikahan, 2) Kemenyan yang melambangkan ritual penyucian calon pengantin sebagai wujud tolak bala, (3) Payung berwarna emas melambangkan keagungan dan kesucian dalam pernikahan, dan (4) Beras kuning melambangkan simbol kebahagiaan, kemakmuran, keturunan yang baik, dan untuk menolak bala dan memagari kedua pengantin agar terhindar dari hal-hal yang negatif.

    Pemilihan kostum busana yang dimodifikasi dari busana daerah, mengupayakan untuk memperkuat dalam menjaga busana tradisi tersebut. Busana yang dipilih tentu untuk mewariskan busana khusus dalam komantan korong tersebut. Busana kebaya dengan warna merah melambangkan keberanian, kekuatan, semangat, dan kejayaan yang sering kali digunakan oleh masyarakat Madura, bawahan sewek batik Madura yang belah tengah melambangkan bahwa karakter yang kuat dan keras, kelat bahu merupakan gelang yang melilit di lengan yang melambangkan kekuatan, dan juga dalam tarian ini banyak gerakan yang jongkok sehingga sewek ini digunakan agar tidak mempersulit gerak para penari, aksesoris yang dipakai dalam tarian ini ada 1) tusukan sariayu segitiga yang melambangkan kecantikan, kesopanan, dan keanggunan dan centung pada sisi kanan dan kiri melambangkan keseimbangan dan kesatuan antara suami dan istri, 2) sanggul yang tentunya adalah aksesoris yang selalu dipakai dalam tarian, 3) bunga melati melambangkan kesucian dan ketulusan, 4) Odheng Madura berwarna merah yang melambangkan karakter masyarakat Madura yang kuat dan teguh, dan 5) sabuk melambangkan kesatuan dan keselarasan dalam sebuah tarian.

    Konsep iringan musik menggunakan seperangkat instrumen gamelan, slendro, dan kenong tiga dengan tambahan musik terbangan menjadi penyatu dalam tarian ini. Dalam iringan musik terdapat campuran dari vokal dan instrumental yang sesuai dengan tembang macapat dan ketukan gamelan.

Anunika ka berek ka temor ka laok ka deje tadek oreng oh ariya beraksi jimat ariya

acaca berarti makobeter ka abekna sengko' se ajege acara riya


// Oh ini yang ke barat, ke timur, ke selatan, ke utara tidak ada orang yang beraksi

selain jimat ini yang berbicara mengkhawatirkan diri saya yang menjaga acara ini


Ungkapan ini menjadi kalimat pembuka dari adanya sebuah tradisi tersebut, pemuka

desa yang membuka acara sekaligus menjadi pemegang kendali angin dan segala hal yang

berkaitan dengan jimat untuk acara tradisi Komantan Korong tersebut.


Ingsun amimiti amuji

// Aku memulai dengan memuji


Anabbut asma Hyang Sukma

// Menyebut nama Tuhan (Yang Maha) Sukma


Allahumma Shollo 'ala Sayyidina Muhammadin 'Adada ma fi'ilmillahi shalatan da

imatan bidawami mulkillahi

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW

sebanyak bilangan yang ada dalam bilangan Allah, dengan rahmat yang abadi seabadi

kerajaan Allah.”


Ungkapan pujian dan pengakuan keimanan, yang memulai dengan pujian kepada

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, baik di dunia maupun di akhirat, serta

pernyataan iman yang diakhiri dengan syahadat Islam. Dalam pernikahan, tentu harus

mengakui bahwa Allah merupakan maha pengasih dan maha penyayang sehingga dapat

mengikat kedua pengantin dalam pernikahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Dayang Sumbi

Antologi Puisi : "Rest Area"

Rahasia sebuah Kata