Puisi - Asih Terbungkam

 Asih Terbungkam

Nurfilla Oktaviyanti


Raung tangis bayi dalam dekapan

luka ini terselubung dengan datar tak terlihat

haruskah seorang ibu tak boleh berdiam? 

rasanya dengan hati dan lelah meradang, 

tetap tak dilihat


hanya seorang ibu, dibalik pintu

mereka hanya bilang, "ini hanya sementara, jangan terlalu terbawa rasa"

padahal nyatanya manusia penuh letih

bayang-bayang lelah ingin tersalurkan


remehan itu datang bertubi-tubi

hari-hari mencekam itu, membunuh akal

dunia seolah buta, tuli akan derita

seorang ibu hanya ingin didengar


terseok gema tatih langkah

dia bukan hanya bayangan di balik dapur, 

bukan sekedar pelayan tak bersua

apakah takdirnya hanya seperti ini? 


dia, seorang ibu, manusia sepertimu

perjuangan kasih tangis terlewati

bergantilah menjadi Nya, tanpa laungan lelah

tanpa derai air mata yang katanya "hanya sementara "

temukan peran yang tiada henti hingga kau pahami rasanya

dengan derita dan kasih yang tak pernah dibubuhkan


dia bukan lemah, bukan tak mampu

tapi dia hanya perlu sedikit waktu

kepada dunia yang terkadang buta,

dia berkata, lihatlah aku dengan mata hati,

“aku, ibu kuat yang penuh derita dengan asih yang tak pernah terdapatkan”


Jember, 18 Mei 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Dayang Sumbi

Antologi Puisi : "Rest Area"

Rahasia sebuah Kata