Naskah Drama Lasminah

 

LASMINAH

 Penulis Naskah: Wilda Indana L


BABAK 1

(DI SEBUAH DESA PADA MASA KOLONIAL BELANDA, SEORANG GUNDIK TINGGAL DI RUMAH KECIL YANG JAUH DARI PEMUKIMAN WARGA. PANGGUNG MENUNJUKKAN RUANG TENGAH DARI RUMAH GUNDIK. TERDENGAR ALUNAN LAGU TRADISIONAL)

 

I

(SUARA JERIT DAN TANGIS SEORANG WANITA YANG DIIRINGI OLEH RAUNGAN TERDENGAR

LASMINAH:  Anakku, tolonggg! Tolong, anakku mau dibunuh. Tidak, kumohon nyonya, jangan sakiti annakku. Kumohon nyonya. Jangan pisahkan kami! Jangan! Jangan bunuh anakku!  (MENJERIT KEMUDIAN MERAUNG) anakku, Tolong, siapapun tolongg! Tolong anakku! Tolonggg!!! Anakku mati, Tolong!!! tolonggg!

(LASMINAH YANG MASIH MENANGIS MEMASUKI RUANG TENGAH DENGAN BERLARI, KEMUDIAN TERJEREMBAT)

LASMINAH: (MELIHAT BONEKA YANG TERGELETAK DI RUANG TENGAH KEMUDIAN TERSENYUM) Oh, anakku ternyata ada di sini. (MENGGENDONG BONEKA SEPERTI MENGGENDONG BAYI. IA TERTAWA KECIL BERULANG KALI) Anakku yang manis, anakku yang cantik. Ibu di sini, sayang. Jangan takut lagi ya. Jangan nangis. Oh, cup, cup, cup. Putri ibu yang pintar, jangan menangis. Cantiknya anak ibu. Sekarang sudah malem, putri ibu yang cantik jangan nangis lagi ya, harus tidur. (MENGENDONG SEMBARI MENGIKUTI ALUNAN LAGU)

 

II

(SUARA PINTU DIKETUK TAPI LASMINAH TIDAK MENGHIRAUKAN. GUNDIK TETAP MENGGENDONG BONEKA SEPERTI SEDANG MENIDURKAN BAYI. SUARA KETUKAN PINTU TERDENGAR TERUS MENERUS SAMPAI AKHIRNYA LASMINAH MENYADARI KETUKAN PINTU)

LASMINAH:  Jangan masuk, anakku mau tidur.

(PINTU DIKETUK LAGI)

LASMINAH:  Jangan ganggu, anakku tidak bisa tidur

(PINTU DIKETUK LAGI)

LASMINAH: Ah, dasar tuli! (MENUJU KE ARAH PINTU SEMBARI MENGOMEL) Sudah dibilangin anakku mau tidur!

(PINTU TERBUKA MEMPERLIHATKAN SEORANG PRIA PRIBUMI MEMBAWA BUNGKUSAN DENGAN KAIN)

LASMINAH:  (TERLIHAT SENANG DAN MEMPERSILAHKAN PRIA MASUK) Eh, Sastro! kok ga bilang mau mampir ke sini? Dari tadi aku udah nunggu kamu datang.

SASTRO:      (MELIHAT LASMINAH DENGAN TERSENYUM KEMUDIAN MENGELUARKAN BEBERAPA KOTAK DARI BUNGKUSANNYA) Apa kamu lapar? Aku bawa banyak makanan.

LASMINAH: Wah, baik sekali. (BICARA PADA BONEKA) lihat dia, anakku. Dia adalah teman ibu, namanya paman Sastro. Orangnya baik sekali. Kita dikasih oleh-oleh banyak makanan. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu harus berbuat baik ke paman Sastro. (TERTAWA KECIL BERSAMA PRIA. GUNDIK MENGAMBIL MAKANAN DARI KOTAK DAN MELAHAPNYA).

SASTRO:       (MELIHAT-LIHAT SEKITAR LALU MERAPIHKAN RUANGAN).

LASMINAH: Kenapa kamu beres-beres? Oh, makasih banyak sekali lagi. Ibu seperti aku sangat sibuk mengurus anak, sampai-sampai tidak sempat beres-beres rumah.

(SASTRO TETAP MERAPIHKAN RUANGAN. SETELAH RAPIH, IA MENGHAMPIRI LASMINAH).

SASTRO:        udah selesi makan?

LASMINAH:  Iya, kenyang sekali. Makasih banyak.

SASTRO:        Sekarang kamu tidurlah. Sudah malam.

LASMINAH:  (MENATAP SEDIH BONEKA) Tapi anakku belum tidur. Dia maunya digendong terus.

SASTRO:        Aku bisa menggendong anakmu. Kamu tidur saja.

LASMINAH:  Tidak bisa.

SASTRO:        Bisa, aku bisa menggendongnya

LASMINAH:  Tidak! Kamu tidak bisa menggendongnya.

SASTRO:        Aku udah sering gendong bayi. Aku bisa!

LASMINAH:  Tidak! Tidak boleh!

SASTRO:        Boleh, coba berikan (HENDAK MENGAMBIL BONEKA DARI GUNDIK)

LASMINAH:  (MENEPIS TANGAN PRIA DAN SEDIKIT MENJAUH) Tidak bisa, kamu tidak bisa! Anak ini bukan anakmu, dia anakku! Kamu bukan ayahnya. Hanya ayahnya yang boleh menggendong dia. Ada darah Eropa yang mengalir di tubuh anakku. Ayahnya itu seorang pejabat dari Eropa, bukan seorang kuli dari pribumi! Kamu tidak boleh sembarang mau menyentuh anakku! Jangan kurang ajar ya mentang-mentang kamu itu temanku. Aku ini seorang nyai!

SASTRO:       baiklah. Aku temani saja sampai bayimu tidur.


III

(LASMINAH KEMBALI SEPERTI SEDANG MENIDURKAN SEORANG BAYI. SUARA LANGKAH KUDA TERDENGAR DARI LUAR RUMAH, KETIKA LANGKAH KUDA ITU BERHENTI, MASUK SEORANG WANITA LONDO KE DALAM RUANG TENGAH)

LONDO:       (MASUK KE RUANG TENGAH BERSAMA DENGAN PELAYANNYA) Lihatlah, siapa pria pribumi yang berani memasuki rumah seorang gundik!

SASTRO:        Kamu masih bilang dia gundik? Dia sedang sakit. Aku hanya merawatnya.

LONDO:       Tidak heran kamu sangat peduli. Kalian sama-sama pribumi, sama-sama seorang budak yang menjijikan.

SASTRO:        Tapi kami tidak sehina itu.

LONDO:         Oh ya? Benarkah?

SASTRO:      Bagaimana bisa kamu masih menunjukkan muka sombongmu itu dihadapan Lasminah? Apa kamu pikir kamu hebat? Suamimu menikah dengan Lasminah, yang berarti tidak ada namamu di hatinya.

LONDO:         Diam kamu! itu pernikahan tidak sah. Dia hanya budak

SASTRO:     Tidak sah? Sampai melahirkan seorang anak? Seorang pria tidak akan pernah melirik wanita lain jika ia sudah jatuh cinta pada satu wanita.

LONDO:         Lalu, kamu pikir ia tidak mencintaiku? Hah?

SASTRO:        simpulkan saja sendiri.

LONDO:         Monyet! Pergi kamu dari sini!

SASTRO:       sekarang suamimu dimana? Hah? Oh, iya benar. Dia sedang ditugaskan di luar kota kan? Apakah ia menghubungimu? Dia tidak menyuruhmu ikut dan tidak pula memberimu kabar. Sepertinya dia sudah memiliki sepuluh gundik di sana, atau mungkin lebih.

LONDO:         Pergi dari sini! Berani-beraninya budak hina sepertimu bersikap lancang padaku!

SASTRO:        (TERTAWA)

LONDO:         Berani-beraninya kamu masuk ke dalam rumah ini tanpa seizinku!

SASTRO:        Ini bukan rumahmu. Ini rumah Lasminah, diberi oleh suamimu.

LONDO:         Bangsat! Bawa pergi budak ini! Segera!

(ORANG YANG BERPERAN SEBAGAI PELAYAN WANITA LONDO MENDEKAT KE SASTRO HENDAK MENARIKNYA KELUAR)

SASTRO:       (MENATAP TAJAM KE ARAH WANITA LONDO) Biar aku yang mengurus Lasminah. Memberinya makan, memberinya pakaian. Jikalau kamu menyakiti Lasminah sedikit saja, aku tidak akan tinggal diam. (KELUAR PANGGUNG DENGAN TANGGANNYA YANG DITARIK KEDUA PELAYAN)

(WANITA LONDO DUDUK DI KURSI. PIKIRANNYA SEPERTI KACAU. IA SEPERTI MENCEMASKAN SUATU HAL. LASMINAH MASIH SIBUK MENIDURKAN BONEKANYA)

LASMINAH:  Cup, cup, ayo tidur sayang. Tidurlah anak ibu yang cantik.

LONDO:         Diam!

LASMINAH: (TIDAK MENGHIRAUKAN PERINTAH WANITA LONDO DAN TETAP SEPERTI SEDANG MENIDURKAN BAYI. IA BERJALAN KE SANA KE MARI SEMBARI SESEKLI BERNYANYI ALUNAN LAGU. BEBERAPA KALI JUGA WANITA LONDO MENYURUHNYA DIAM, TAPI LASMINAH TIDAK MENGHIRAUKAN)

LONDO:      Diam! Diam Jalang! Kubilang diam! (SEMBARI MENGHAMPIRI LASMINAH DAN BERTERIAK DI HADAPANNYA).

LASMINAH: (KAGET MELIHAT WANITA LONDO) Eh, nyonya. Sejak kapan ada di sini. Aku tidak sadar. Apakah ada kabar dari Hendrik? Kapan dia akan pulang?

LONDO:      Tidak ada kabar darinya! Jikapun ada, kamu tidak berhak tau! Dia itu suamiku, bukan suamimu!

LASMINAH: ssttt, Nyonya. Jangan berisik! Anakku lagi susah tidur. (KEMBALI BERUSAHA MENIDURKAN BAYI DAN TIDAK MENGHIRAUKAN WANITA LONDO)

LONDO:         Ah, sepertinya aku yang gila di sini. (KEMBALI DUDUK)

LONDO:   (MEMPERHATIKAN LASMINAH DENGAN SEKSAMA, SEPERTI SEDANG BERFIKIR KERAS)

LONDO:         Bagaimana bisa? Kenapa? Kenapa Hendrik masih menyuruhku untuk mengurusmu, hah? Bagaimana bisa kamu mengambil hatinya? Bagaimana bisa  manusia rendahan sepertimu pernah bersandingan dengan suamiku? Lalu pria pribumi yang kurang ajar itu. Kenapa dia begitu peduli ke kamu? Heh, kamu dengar aku bicara, hah?

LASMINAH: (MELIRIK SEKILAS KE ARAH WANITA LONDO, KEMUDIAN TATAPANNYA KEMBALI PADA BONEKA)

LONDO:     Walaupun kamu gila, sepertinya kamu tetap mendengarku. Ya, bagaimana bisa kamu mendapat perhatian yang begitu tulus dari pria pribumi itu? Apa dia mencintaimu? Atau kalian saling mencintai? Kalau itu yang sebenarnya terjadi, kalian tidak mungkin bisa bersama. Kamu tetap menjadi pelayan suamiku, pelayanku juga. Sekarang dan selamanya. Tapi bagaimana caramu membuat pria pribumi tadi jatuh cinta? Heh, kamu dengar kan? Beri tahu aku! Kamu pakai cara apa?

(LASMINAH TIDAK MENGHIRAUKAN WANITA LONDO)

LONDO:         (SEPERTI KESAL) Heh, orang gila! Jawab pertanyaanku! Kamu itu pelayan di sini!

LASMINAH:  (MENOLEH DENGAN KESAL) Diam nyonya! Anakku bangun lagi!

LONDO:         Itu bukan anakmu!

LASMINAH: Ini anakku! Lihat tuh warna rambutnya sama dengann warna rambutku. Bentuk bibirnya juga sama dengan bibirku. Emm, kalau matanya sama persis dengan mata ayahnya. Warna biru bening, seperti kristal. Cantik sekali. Ayahnya ini adalah seorang pejabat dari Eropa. Namanya Hendrik. Oh, nyonyakan juga dari Eropa? Apakah nyonya kenal dengan ayah dari anakku ini?

LONDO:     (MERASA SEMIKIN MARAH SAMPAI PUNCAKNYA MENGAMBIL BONEKA LALU MELEMPARNYA)

LASMINAH: (KAGET SEGERA MENGAMBIL BONEKANYA DAN SEPERTI MENIDURKAN BAYI) Nyonya! Kenapa nyonya banting anakku!! (BERNYANYI DI SETIAP SELA-SELA MARAHNYA UNTUK MENIDURKAN BAYI).

LONDO:         (MENATAP LASMINAH PENUH AMARAH)

LASMINAH: (TERUS MENGOMEL SEMBARI SESEKALI SEPERTI MENENANGKAN BAYINYA YANG SEDANG MENANGIS)

LONDO:         Pelayan! (DATANG DUA PELAYAN) Beri wanita ini pelajaran! Ia sudah sangat kurang ajar dari tadi!

PELAYAN:    Bagaimana, nyonya? Kita cambuk seperti sebelum-sebelumnya?

LONDO:        Jangan! Jangan sampai tubuh wanita ini terluka. Ikat saja dia di tiang itu.

(PELAYAN MENGIKAT TANGAN LASMINAH DENGAN TALI DAN MENGIKATNYA KE TIANG. LASMINAH TAMPAK KETAKUTAN, WANITA LONDO MEREBUT BONEKANYA).

LASMINAH:  Nyonya, jangan apa apakan anak saya nyonya. Biarkan dia bersamaku!

LONDO:        Tenang saja, Lasminah. Aku berjanji, jika kamu kali ini mati, ini akan menjadi permainan terakhir dariku. Maka, cepatlah mati, Lasminah! Mati! Aku tidak bisa membunuhmu karena suamiku melarangnya, tapi kamu bisa bunuh diri! Cepatlah mati dan temani anakmu di sana!

(WANITA LONDO MELEMPAR BONEKA SEDIKIT JAUH DARI LASMINAH LALU TERTAWA. LASMINAH MENANGIS SEPERTI KETAKUTAN BERPISAH DENGAN ANAKNYA. WANITA LONDO DAN PELAYANNYA KELUAR RUMAH, MENINGGALKAN RUANG TENGAH).


BABAK 2

I

(KEESOKAN DI PAGI HARI. SUDAH TIDAK TERDENGAR SUARA TANGIS LASMINAH. WANITA LONDO DATANG)

LASMINAH:  (MENATAPNYA TAJAM DAN PENUH KEBENCIAN)

LONDO:     Selamat pagi. Aku bebaskan kamu sebelum pria kurang ajar itu memberimu makan. Kenapa? Kenapa menatapku seperti itu? lepaskan ikatannya (MENYURUH KEPADA PELAYAN)

LASMINAH:  Kenapa kamu bunuh anakku?

LONDO:        Oh, ingatanmu sudah kembali? Kamu sudah tidak gila. Syukurlah, aku tidak perlu bicara berulang-ulang lagi. kamu bisa langsung menjadi pelayanku sekarang.

LASMINAH: kenapa kamu bunuh anakku! Kita sama sama wanita, harusnya kamu tahu seberapa berarti seorang anak bagi ibunya!

LONDO:         aku tidak mengerti! Aku tidak punya anak! Hanya kamu yang ngerti!

LASMINAH: Kamu tidak punya anak bukan berarti kamu bisa bunuh anakku, bangsat! (TEPAT KETIKA IKATANNYA TERBUKA, LASMINAH SEGERA BERANJAK DAN MENCEKIK LONDO)

LONDO:       (BERUSAHA MELEPAS DIRI DAN BERTERIAK MINTA TOLONG DENGAN SISA NAFAS. PELAYAN BERUSAHA MEMBANTU LONDO)

LASMINAH: Kamu yang bunuh anakku! Kamu iblis! Kamu yang harus dibunuh! Kamu yang harus mati! Iblis sepertimu tidak layak untuk hidup!!

(PELAYAN BERHASIL MEMISAHKAN LASMINAH DARI LONDO).

LONDO:    (TERBATUK-BATUK) Kurang ajar! Dasar lancang! Kamu harus kuberi hukuman! Pelayan, terus pegang dia! (MENGAMBIL TALI TAMBAK DAN MENCAMBUK LASMINAH DI KAKINYA)

LASMINAH:  (BERLUTUT KETIKA KAKINYA YANG DICAMBUK)

 

II

(PENCAMBUMKAN LONDO TERHENTI KETIKA SEORANG SASTRO DATANG)

SASTRO:       Berhenti! Apa yang kamu lakukan?!

LONDO:       Tanyakan pada kekasihmu sendiri! dia yang memulai. Kamu diam! Ini urusanku dengan Lasminah!

SASTRO:        Kamu sudah janji tidak menyakitinya! Berhenti sekarang!

LONDO:        (TERTAWA KECIL) Kamu pikir kamu siapa? Bukan karena aku ikut merawat Lasminah, kita ada di pihak yang sama. Kamu seorang kuli dari pribumi, dan aku seorang nyonya dari Eropa. Di sini aku yang berkuasa! Lalu dengan lancangnya, dia (MENUNJUK LASMINAH) berani menyerangku!

SASTRO:       Dia hanya sedang sakit. Biar aku yang urus. Kamu kembalilah.

LONDO:     (TERTAWA) kalian berdua sangat menjijikan! (KEMUDIAN PERGI DIIKUTI OLEH KEDUA PELAYANNYA).

 

III

(LASMINAH MENANGIS. SASTRO DIAM SEBENTAR, MEMBERI WAKTU UNTUK LASMINAH MENANGIS)

SASTRO:        Berdiri. Biar aku obati luka di kakimu.

LASMINAH:  (TIDAK MENGHIRAUKAN, MASIH MENANGIS)

SASTRO:   (HENDAK MEMAKSA LASMINAH UNTUK BERDIRI NAMUN TANGANNYA DITEPIS OLEH LASMINAH)

LASMINAH:  Siapa kamu? Hah? Siapa kamu sampai berani janji untuk merawatku?!

SASTRO:     Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu menyerangnya? Kita harus berhati-hati, kamu bisa dihukum nanti.

LASMINAH:  Anakku sudah mati, Sastro.

SASTRO:        Kamu sudah ingat?

LASMINAH:  Anakku mati dengan mengenaskan!

SASTRO:        Aku tahu, aku tahu semua.

LASMINAH:  Tidak, kamu tidak tahu apapun!

SASTRO:       Aku selalu tahu, Minah. Aku selalu disampingmu. Saat apapun, kondisi apapun, termasuk saat anakmu pergi.

LASMINAH:  Kamu tidak tahu apa-apa, Sastro! Anakku masih begitu kecil, hanya bisa menangis. Baru satu hari, ia mulai melafalkan kata ibu meskipun masih kurang tepat. Tapi dia mati, Sastro! Dia mati dibunuh iblis itu!

SASTRO:        Dibunuh iblis?

LASMINAH:  Anakku yang malang. Anakku mati di bunuh iblis itu! Aku diikat di tiang seperti tadi malam, lalu bayiku dibiarkan kedinginan di sana. Di atas tanah, tanpa alas! Limah hari, sastro! Lima hari bayiku menahan lapar dan hausnya! Hanya ku yang dimaksa minum olehnya wanita itu! Anakku menahan dingin di atas tanah! Selama lima hari! Lima hari anakku menderita!

(TANGIS LASMINAH SEMAKIN KERAS)

SASTRO:        Aku tidak tahu apapun. Maaf.

LASMINAH:  Kamu tidak pernah tau apapun. Lihat, mana janjimu yang katanya mau melindungiku? Hah? Bahkan kamu tidak bisa menyelamatkan putriku! Kamu bukan seorang penyelamat, Sastro! Untuk apa kamu bawa makanan setiap hari ke sini? Harusnya biarkan saja aku mati!

SASTRO:        Jangan bilang begitu. Kamu masih bisa hidup, Minah.

LASMINAH: Hidupku sudah mati semenjak anakku mati!

(LASMINAH TIBA-TIBA BERDIRI DAN SEPERTI INGIN BERGEGAS PERGI)

SASTRO:        Mau kemana?

LASMINAH:  Ke wanita iblis itu. Aku harus balaskan dendam putriku.

SASTRO:        Tidak, bukan begini caranya, Minah.

LASMINAH:   Jangan mencegahku, Sastro!

SASTRO:        Tidak boleh! (MENCEGAH LASMINAH) Sadar Minah! Ini bukan cara yang benar!

LASMINAH:  Lalu apa yang benar?! Membiarkan pembunuh anakku hidup dengan tenang? Melupakan semua perbuatan kejinya? Apa? Aku harus bersabar? Aku harus lakukan apa? Jawab!!

SASTRO:        Aku yakin anakmu tidak ingin ibunya menjadi pembunuh.

LASMINAH:  Lalu aku harus apa, Sastro!

SASTRO:      Istirahatlah di sini, makan makanan yang kubawa. Aku janji akan balaskan dendammu dan dendam putrimu.

LASMINAH:  Kamu akan membunuhnya?

SASTRO:        Mungkin.

LASMINAH:  Kenapa tidak yakin?

SASTRO:        Sulit ngambil kesempatan untuk hanya berdua dengan nyonya. Tapi akan aku usahakan.

LASMINAH:  Kamu takut. Takut dihukum?

SASTRO:        Tidak

LASMINAH: Bohong. Kamu takut. Kamu takut jika saja ketahuan membunuh nyonya dan akan dihukum mati juga. Pergilah.

SASTRO:        Aku benar-benar akan membantumu. Aku yang akan membalaskan dendammu.

LASMINAH:  Dulu kamu juga janji melindungi aku dan putriku.

SASTRO:        Aku tidak tahu kamu diperlakukan seperti itu.

LASMINAH:  Pergilah. Aku mau istirahat.

SASTRO:       (MELANGKAH KELUAR DENGAN RAGU-RAGU)

LASMINAH:   (MENINGGALKAN RUANG TENGAH, PERGI KE RUANG TIDUR)

 

BABAK 3

I

(ALUNAN LAGU TERDENGAR, TERDAPAT EMPAT PENARI DI RUANG TENGAH. EMPAT PENARI MENARI MENGIKUTI ALUNAN LAGU. DI TENGAH TARIAN MEREKA, LASMINAH MEMASUKI RUANGAN DENGAN PAKAIAN KEBAYA DAN SELENDANG PENARI. IA SEDIKIT BANYAK MENGGERAKKAN TUBUHNYA MENGIKUTI ALUNAN. SAMPAI DI AKHIR TARIANNYA, LAMPU MATI. KETIKA LAMPU MENYALA, EMPAT PENARI LAINNYA SUDAH HILANG, TERSISA LASMINAH SENDIRI)

II

(LASMINAH MEMPERHATIKAN KEBAYA DAN SELENDANG YANG DIPAKAINYA. TIBA-TIBA SEORANG IBU-IBU DENGAN TONGKAT KAYU MASUK KE RUANG TENGAH DIIKUTI OLEH SEORANG PRIA. LASMINAH MEMBIARKAN MEREKA, IA BERALIH DUDUK DAN MEMPERHATIKAN SELENDANG YANG DIPAKAINYA)

PRIA:              Hahaha orang gila.. orang gila.. orang gila mau kemana?

KAKEK:         Diam anak nakal! (SEPERTI SEDANG BERPIKIR) Dimana aku taruh, ya?

PRIA:              Cari apa, kek?

(KAKEK TERUS SEPERTI MENCARI-CARI SESUATU)

PRIA:              (SEPERTI SEDANG MEMBANTU UNTUK MENCARI)

KAKEK:     (MELIHAT LASMINAH) Eh anak muda, sedang apa disini? (DUDUK DI SEBELAHNYA)

PRIA:              Eh, kita kedatangan tamu!

LASMINAH: (HANYA TERSENYUM)

KAKEK:      Kenapa kamu diam, anak cantik? Apa kamu kabur dari rumah karena dimarahi ibumu? Walaupun ibumu senang marah-marah, tapi pasti dia sedang khawatir sekarang. (DIPERHATIKANNYA LASMINAH HANYA DIAM) Kenapa diam saja, nak? Baik baik, aku tidak akan memaksamu untuk kembali ke rumah sekarang. Tapi kamu harus janji untuk pulang nanti. Emm kamu mau aku ceritakan kisah yang menarik?

LASMINAH:   (MENGANGGUK)

PRIA:              (DUDUK DI BAWAH)

KAKEK:      Kakek juga punya putri yang sangat cantik. Senyumnya manis, wajahnya ramah selalu tersenyum. Bola matanya yang hitam terlihat sangat jernih. Warna kulit coklatnya tidak mengurangi sedikitpun kecantikan yang dia miliki. Dia selalu terlihat bahagia, dan selalu membantu kakek bekerja. Ah, kalau saja dia bertemu denganmu, mungkin kalian akan menjadi teman akrab.

PRIA:           (MELIHAT KE MAKANAN DI ATAS MEJA. IA MENDEKAT LALU MEMAKANNYA)

KAKEK:      Putriku adalah anak yang paling pintar dan baik. Dia pintar mencuci, memasak, bersih-bersih, bahkan ia juga pandai menanam padi. (MELIHAT KE ARAH PRIA) Heh, setan! Itu bukan punyamu! Enak saja asal makan! Ayo lepehkan! (PERGI KE ARAH PRIA DAN MEMAKSANYA UNTUK MELEPEHKAN MAKANAN) Aku sudah susah payah masak untuk putriku! (KEMBALI KE LASMINAH) oiya, nanti sore putriku pulang. Kamu tinggallah dulu di sini sampai sore. Kalian bisa kenalan lalu berteman. Biar kamu tidak sendiri, tidak murung. Tunggu sampai nanti sore ya. Aku mau mencari sesuatu dulu. (KEMBALI MONDAR-MANDIR SEPERTI MENCARI SESUATU)

PRIA:              (KEMBALI MAKAN MAKANAN DI MEJA)

 

III

(SUARA KETUKAN PINTU TERDENGAR)

KAKEK:        Nah pasti ini putriku. Dia sudah pulang, sudah sore sekarang. (MEMBUKAKAN PINTU, TERLIHAT SASTRO DENGAN BINGKISAN YANG DIBAWANYA) Loh, kamu siapa? Kamu bukan putriku.

(SASTRO MASUK RUMAH. IA TERSENYUM KETIKA MELIHAT LASMINAH MENGENAKAN PAKAIAN KEBAYA)

SASTRO:    Kamu rindu menari? (MENATA MAKANAN YANG BARU DIBWANYA DI ATAS MEJA SETELAH MENYURUH PRIA MENJAUH)

LASMINAH: Bahkan aku baru ingat kalau aku adalah seorang penari. Pantas saja ketika mendengar irama badanku selalu ingin bergerak kesana kemari. Dan, ya menari juga yang membuat Hendrik jatuh hati.

SASTRO:        Ingatanmu semakin baik. Kamu masih menerima mereka.

LASMINAH: Mereka juga pernah menemaniku sebelumnya. Biarkan saja. Bagaimana dengan dendamku? Kamu sudah membunuhnya?

SASTRO:         Belum

LASMINAH:   Lalu untuk apa ke sini? Aku hanya ingin mendengar bahwa kamu sudah membunuhnya!

KAKEK:         (MEMPERHATIKAN SASTRO) Kamu ini siapa? Kok dateng-dateng bikin ribut? Kamu kekasihnya putriku? Atau kamu mata-mata yang dikirim untuk memantau putriku? Apa kamu disuruh untuk membunuh putriku?

SASTRO:       (BICARA PADA LASMINAH) aku masih belum bisa bertemu dengan nyonya. Aku janji pasti akan aku lakukan. Aku hanya sedang menyusun rencana.

KAKEK:         Heh, pria muda! Aku bicara padamu!

PRIA:              Mungkin, dia sudah gila, Kek. Atau tuli.

LASMINAH:  Kamu terlalu sering berjanji, tidak ada yang ditepati!

SASTRO:        Akan aku tepati, Minah! Tapi tidak sekarang!

LASMINAH: Lalu kapan?! Kamu melarangku untuk membunuhnya, tapi kamu sendiri tidak mau membunuhnya!

KAKEK:         Kalian ini siapa! Kok bikin keributan! Pergi kalian berdua dari rumahku!

PRIA:            (SAMBIL MEMAKAN MAKANAN DI MEJA) Mereka orang gila, Kek. Tuh mereka bisa mendengar tapi tidak nyambung jawabnya. Ditanya apa, jawabnya apa. (TERTAWA)

KAKEK:      Bagaimana ini? ada orang gila di rumahku. Bagiamana cara mengusir mereka. Anakku jangan sampai berteman dengan orang gila. (MONDAR MANDIR SEPERTI MENCARI IDE SEMBARI TERUS BERGUMAM)

LASMINAH:  Kalau kamu tidak mau membunuhnya tidak apa. Biar aku saja!

SASTRO:        Jangan, Minah! Kamu akan dihukum nanti!

LASMINAH:  Aku tidak peduli, Sastro! Lebih baik aku dihukum dari pada menggantungkan nasib pada pria tidak bertanggung jawab sepertimu!

(TAWA PRIA DAN GUMAMAN KAKEK SEMAKIN KERAS)

SASTRO:        Kalian berdua diam!

(PRIA DAN IBU BERHENTI SEJENAK, KEMUDIAN TAWA PRIA KEMBALI PECAH, SEMENTARA KAKEK KEMBALI SEPERTI MENCARI-CARI SESUATU)

SASTRO:       Ayo kalian keluar dari sini (MENGGANDENG PRIA DAN KAKEK UNTUK KELUAR RUMAH. KAKEK DAN PRIA MELAWAN SEDIKIT)

KAKEK:         Ini rumahku! Anakku nanti sore mau pulang! Aku mau mencari tongkatku!

SASTRO:        Tongkat itu sudah ditanganmu, bu!

KAKEK:         Oh, benar. Tapi ini rumahku!

SASTRO:       Rumahmu ada di sana, lurus ke arah selatan kamu bisa mencari rumahmu di sana.

KAKEK:         Berarti ini bukan rumahku?

SASTRO:      Bukan, maka pergilah. Cari rumah ibu, ya (MENGGANDENG KAKEK UNTUK PERGI. SETELAH KEDUA ORANG ITU PERGI, SASTRO KEMBALI KE DALAM RUMAH).

LASMINAH: Kamu mengusir mereka.

SASTRO:        Mereka gila.

LASMINAH: Dulu aku juga seperti itu. Ibu itu kehilangan anaknya yang masih remaja. Dalam pikirannya, putrinya itu hanya sedang marah lalu kabur dari rumah. Dia percaya putrinya akan kembali saat sore tiba. Dia lupa putrinya itu sudah tidak ada, sudah mati. Kisahnya benar-benar mirip denganku. Aku juga kadang merasa bayiku masih ada. Kadang aku mendengar suara tangisnya. Kadang aku mendengar suaranya tertawa. Kadang juga, aku tidak merasakan apa-apa. Hanya seperti kosong dan hampa.

SASTRO:        Sudahlah, kamu istirahat saja. Makan makanan yang kubawa itu.

LASMINAH: Tapi ketika aku mengingat kematian putriku, perasaanku tidak lagi kosong. Seluruh tubuhku seperti penuh terisi hasrat untuk membalas dendam. Tapi tetap aku tahan karena kamu melarangku. (MELIHAT KE ARAH SASTRO) tadi pagi kamu berjanji mau membalaskan dendamku, Sastro. Tapi sekarang masih tidak kamu lakukan.

SASTRO:        Akan aku usahakan. Beri aku waktu, biarkan aku menyusun rencana.

LASMINAH: Sepertinya kamu hanya berbohong.

SASTRO:        Apa maksudmu?

LASMINAH:  Kamu benar-benar seakan tau rumah ibu tadi. Padahal kamu hanya menyuruhnya pergi saja. Sama juga kepadaku, kamu seakan benar-benar akan membalaskan dendam, tapi kamu tidak melakukannya. Kali ini jangan halangi aku.

SASTRO:        kamu mau apa?

LASMINAH: (MENGAMBIL TALI) Mau melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dari dulu.

SASTRO:        Sudah aku bilang, putrimu tidak ingin ibunya menjadi seorang pembunuh.

LASMINAH:  Aku hanya akan membunuh sekali. Sekali saja, aku mau membunuh iblis itu. Tuhan juga pasti mengerti.

SASTRO:   (MENGHALANGI LASMINAH) Tidak boleh, Minah. Aku sudah berjanji untuk menjagamu.

LASMINAH:  Kamu hanya menjagaku dari rasa lapar! Minggir, Sastro! Aku butuh kedamaian!

SASTRO:        Kamu tidak akan merasa damai dengan membunuh! Sadar, minah!

LASMINAH:  kenapa tidak bisa damai?! Lalu dengan apa aku bisa damai? Hah? Kamu tahu? Aku tidak akan bisa damai dengan dendam ini, sastro! Aku harus membunuhnya!

SASTRO:        Kamu akan menyesalinya, Minah! Aku tahu keadaah hatimu!

LASMINAH: Asu! (MELUDAHI SASTRO). Tahu apa kamu tentangku! Kamu tidak pernah tahu! Kamu tidak tahu apa-apa! Aku tidak bisa damai dengan dendam ini, Sastro!

SASTRO:     Kamu boleh membenciku, Minah. Tapi aku tidak akan membiarkan tanganmu kotor karena membunuh siapapun. Aku yang akan membunuhnya. Aku janji. Besok aku akan datang ke sini lagi, memberimu kabar bahwa ia sudah mati.

(SASTRO MENGAMBIL TALI YANG DIGENGGAM LASMINAH, KEMUDIAN KELUAR DAN MENGUNCI PINTU DENGAN TALI)

LASMINAH: (MENGGEDOR PINTU) Apa yang kamu lakukan, Sastro! Jangan kurung aku di sini! Lepasin aku! Heh biarin aku keluar! Aku mau membunuh wanita itu!

 

IV

(LASMINAH SEPERTI KETAKUTAN. IA BERJALAN TIDAK TENTU ARAH, SAMPAI AKHIRNYA IA DIAM DI SEBELAH KURSI, TERLIHAT SANGAT KETAKUTAN)

(PINTU TERBUKA, WANITA LONDO MEMASUKI RUMAH)

LONDO:         Kamu terlihat sangat takut. Rupanya kamu dikurung oleh pria anjing itu.

LASMINAH:  (TAMBAH TERLIHAT KETAKUTAN TERUTAMA KETIKA MELIHAT WANITA LONDO)

LONDO:       Sudah cukup kamu merasa nyaman. Makanan, pakaian, tempat tinggal, semua selalu kamu dapatkan!

LASMINAH:  (SEPERTI BERGUMAM DALAM KETAKUTANNYA) Dimana putriku. Putriku mati.                         Dimana putriku. Putriku mati.

LONDO:    (MENCEKAM LEHER GUNDIK SEHINGGA MEREKA SALING MENATAP) Ya putrimu mati! Putrimu pantas mati! Putrimu tidak berhak lahir di dunia! Putrimu memang seharusnya mati!

LASMINAH:  (MASIH BERGUMAM DALAM KETAKUTAN)

LONDO:         Jika kamu begitu takutnya, cepatlah mati, Lasminah! Temani putrimu di sana!  Pelayan! Kurung dia dalam peti dan sediakan pisau untukku!

(PELAYAN MENARIK PAKSA LASMINAH KE DALAM PETI, MENGIKAT KEDUA TANGANNYA)

LONDO:   (MENGAMBIL PISAU LALU MENUNJUKKANNYA KE LASMINAH DAN MENJAMBAK RAMBUTNYA AGAR MEREKA DAPAT SALING TATAP) Jika kamu ingin kedamaian, ingin selalu bersama dengan putrimu, maka matilah, Lasminah! Matilah sebagai gundik yang mengenaskan!

(LONDO MENDORONG KEPALA LASMINAH KE DALAM PETI. SUARA TERIAKAN LASMINAH TERDENGAR SAMPAI LONDO MENUSUKKAN PISAU KE PERUT LASMINAH. DARAH MUNCRAT KE LONDO.)

LONDO:         Tutup petinya!

(PELAYAN MENUTUP PETI. SETELAH MENUTUP PETI, LONDO DAN KEDUA PELAYANNYA KELUAR PANGGUNG)

 

V

(SUARA ALUNAN LAGU TERDENGAR. DARI DALAM PETI TERDENGAR SEPERTI DI KETUK. SEMAKIN LAMA SEMAKIN KERAS. SAMPAI PADA LIRIK LAGU DIMULAI, PETI TERBUKA. LASMINAH BANGKIT DENGAN BAJUNYA YANG DILUMURI DARAH. SEIRING MENGALIRNYA LAGU, TUBUH LASMINAH JUGA MENARI MENGIKUTI. HINGGA LAGU BERHENTI TERDENGAR, LASMINAH DIAM DI TENGAH. LAMPU MATI)

 

TAMAT

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama Dayang Sumbi

Antologi Puisi : "Rest Area"

Rahasia sebuah Kata